Minggu, 27 November 2011

Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama 

Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli
    Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
    Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
    Hikayat Indera Bangsawan
    Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
    Hikayat Panji Semirang
    Hikayat Cekel Weneng Pati
    Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
    Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
    Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
    Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
    Hikayat Bachtiar
    Hikayat Seribu Satu Malam
Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

Putri Ulin

            Pada zaman dahulu hiduplah seorang putri bernama Putri Ulin. Sejak kecil ia tinggal sendirian di dalam hutan. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal saat Ia masih kecil. Ayahnya mati karena diterkam harimau, sedangkan Ibunya meninggal pula tak lama setelah tidak tahan menahan kesedihan itu.
             Suatu hari degan bekal seadanya, Putri Ulin pergi merantau ke kota meninggalkan rumahnya. Dengan jubah warna merahnya ia merasa mantap. Ia bertekad untuk mengubah nasibnya yang selama ini selalu saja hampir merenggut nyawanya. Hidup sendiri di sebuah rumah yang berdiri di dalam hutan benar-benar tidak aman baginya.
                “Ya Tuhan, air minumku sudah habis.” Ujar Putri Ulin. Setelah mengetahui tempat air minumnya telah kosong, ia pergi ke sungai. Air sungai itu sagat jernih. Di sungai itu juga Putri Ulin membasuh mukanya kemudian mengambil beberapa tetes air sungai itu untuk persediaannya menuju kota.
                “Tolong! Tolong aku! Kakiku terjepit! Tolong!”
                Putri Ulin mendengar teriakan parau. Suara itu sangat kecil sehingga mungkin hanya orang-orang dengan naluri alam saja yang bisa mendengarnya.
                “Suara siapa itu? aku harus pergi mencarinya.” Ucapnya seusai mengambil persediaan air minum untuknya.
                Perlahan-lahan Putri Ulin mencari sumber suara itu. ia memiliki insting yang tajam semenjak ditinggal oleh kedua orangtuanya. Kesendiriannya selama hidup di hutan telah melatihnya untuk selalu waspada terhadap terkaman binatang buas. Ia juga tidak ingin mati di tangan seekor harimau seperti nasib ayahnya.
                Teriakan minta tolong itu semakin jelas ditelinganya. Tanpa sengaja ia menemukan seekor kelinci lucu dengan kaki mungilnya yang terjepit di dalam sebuah perangkap.
                “Tolong! Tolong aku! Kakiku terjepit!” pinta kelinci lucu itu dengan lemah tak kuat menahan sakit akibat perangkap yang disiapkan oleh para pemburu hewan. Dengan cekatan, Putri Ulin berhasil melepaskan kaki kelinci putih itu.
                “Kau tidak apa-apa?